Pariwisata berbasis sumberdaya alam atau ekologi yang dikenal dengan istilah ecotourism menjadi primadona saat ini.  Hal ini menjadi sesuatu hal yang luar biasa karena Indonesia kaya akan sumberdaya alam yang berlimpah dan indah, dengan keanekaragaman yang khas.  Selain itu, Indonesia juga kaya akan flora dan fauna endemik yang masih ada di Indonesia dan menjadi nilai jual dari pariwisata itu sendiri.  Hal lain, Indonesia juga kaya akan pulau-pulau kecil yang dapat menjadi basis ekoturism tersebut.  Perlu dipikirkan bahwa pulau-pulau kecil juga mempunyai kerentanan dan yang memiliki keterbatasan daya dukung. Keterbatasan daya dukung di pulau-pulau kecil yang paling dominan adalah ketersediaan sumberdaya air dan lahan.  Pariwisata berbasis ecotourism memang mendapat acungan "jempol" pada saat daya dukung tidak terlampaui, namun pada saat "keterbatasan" itu terlewati maka akan terjadi kerentanan yang pada akhirnya akan mendatangkan musibah bagi pulau-pulau kecil tersebut.  Hal ini terjadi di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu.  Beberapa tahun yang lalu Pulau Tidung merupakan salah satu destinasi tujuan wisata alam bahari yang favorit untuk warga Jakarta.  Sekarang Pulau Tidung tersebut sudah mulai rusak dan ditinggalkan oleh para wisatawan karena dirasakan sudah tidak nyaman untuk dikunjungi.  Oleh karena itu diperlukan pengelolaan pariwisata kepulauan terutama pulau-pulau kecil yang berkelanjutan.  Penulis berkesempatan untuk menulis dan menyampaikan sebagai narasumber dalam Pelatihan di Pulau Pari yang berjudul "Konsep Pariwisata Berkelanjutan" yang diadakan oleh LIPI, agar kejadian serupa tidak terjadi di pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu.  Hasil pemikiran dan presentasi "Konsep Pariwisata Berkelanjutan" dapat anda download pada link berikut ini dengan mencatumkan sumber aslinya :

Konsep Pariwisata Berkelanjutan